konsep dasar filsafat
Chapter I
Konsep Dasar Filsafat
Susanto,
A. 2011. Filsafat Ilmu. Cet. I. Jakarta : Bumi Aksara
A. Pendahaluan
Etika adalah
penerapan dari proses
dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etika
berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam
berfikir dan tindakannya
didasari nilai-nilai (Wahyuningsih,
2006).
Etika adalah
suatu cabang ilmu
filsafat. Maka di
dalam literatur, dinamakan juga
filsafat moral, yaitu
suatu sistem prinsip-prinsip tentang
moral, tentang baik
atau buruk. Secara
sederhana dapat dikatakan
bahwa etika adalah
disiplin yang mempelajari
tentang baik atau
buruk sikap tindakan manusia
(Sofyan, dkk , 2006).
Etika merupakan
aplikasi atau penerapan
teori tentang filosofi moral ke dalam situasi nyata dan
berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep
yang membimbing manusia
berfikir dan bertindak
dalam kehidupannya yang
dilandasi oleh nilai-nilai
yang dianutnya (Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK,
2003).
Kebidanan/Midwifery
merupakan ilmu yang
terbentuk dari sintesa berbagai disiplin
ilmu (multi disiplin)
yang terkait dengan
pelayanan kebidanan,
meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan,
ilmu sosial, ilmu
perilaku, ilmu budaya,
ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan
kepada ibu dalam masa prakonsepsi,
masa hamil, ibu
bersalin, post partum,
bayi baru lahir
(Sofyan, dkk, 2006).
Etika dalam
pelayanan kebidanan merupakan
issu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena
kurang pemahaman para
praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin
pelayanan yang profesional
dan akuntabilitas serta
aspek legal dalam
pelayanan kebidanan. Bidan
sebagai praktisi pelayanan harus
menjaga perkembangan praktek berdasarkan evidence based.
Sehingga
disini berbagai dimensi
etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan
hal yang penting untuk digali dan dipahami. seiring dengan
kemajuan jaman, serta
kemudahan dalam akses
informasi, era globalisasi
atau kesejagatan membuat
akses informasi tanpa
batas, serta peningkatan
ilmu pengetahuan dan
teknologi membuat masyarakat
semakin kritis. Di
sisi lain menyebabkan timbulnya berbagai
permasalahan etik. Selain
itu perubahan gaya hidup, budaya, dan tata nilai
masyarakat, membuat masyarakat semakin peka
menyikapi berbagai persoalan,
termasuk penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan oleh bidan.
B. Hasil
Kajian dan Pembahasan
1. Hakikat
Filsafat
a. Pengertian
Filsafat
Istilah
filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari
bahasa Yunani philo (love
of ) dan Sophia (wisdom). Jadi secara etimologis filsafat artinya cinta
atau gemar akan kebajikan (love of wisdom).
Cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau
yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya
kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya.
Filsafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan
kebenaran sejati. Demikian arti
filsafat pada mulanya. Berdasarkan arti secara etimologis sebagaimana
dijelaskan di atas kemudian para ahli
berusaha merumuskan definisi
filsafat. Ada yang menyatakan bahwa filsafat sebagai suatu
usaha untuk berpikir secara radikal
dan menyeluruh, suatu
cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Aktivitas
tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu
kesimpulan universal dari
kenyataan partikularatau khusus,
dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks.
Kattsoff, sebagaimana dikutip
oleh Associate Webmaster Professional (2001), menyatakan
karakteristik filsafat sebagai berikut.
1) Filsafat
adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat
adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3) Filsafat
mengahasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat
adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat
bersifat komprehensif.
b. Latar
belakang timbulnya filsafat
·
Kegiatan berfilsafat pada manusia
berawal dari rasa heran, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan.
1) Rasa
heran
Berfilsafat berarti
bertanya-tanya disertai rasa heran dan kagum , plato misalnya mengatakan bahwa
filsafat berawal dari dorongan untuk menyelidiki bintang-bintang, matahari dan
langit yang kita pandang, dari penyelidikan itulah muncul filsafat.
2) Kesangsian
Manusia menyangsikan
apa yang dilihat indranya. Ia
bertanya-tanya jangan-jangan apa yang
dilihat itu suatu tipuan. Dengan kata lain, manusia menginginkan kepastian.
Berdasarkan sikap skeptic inilah manusia dididorong untuk menemukan jawaban
yang pasti.
3) Kesadaran
akan keterbatasan
Manusia mulai
berfilsafat ketika ia menyadari betapa kecil, lemah dan tidak berarti dirinya
ditngah alam semesta yang mahaluas kuat dan dahsyat. Filsafat muncul dari
prngalaman kehidupan sehari-hari. Filsafat muncul sejak adanya manusia. Berarti
pula filsafat tidak asaja dikenal di Yunani. Tapi juga di tempat-tempat lain.
Setiap pengalaman manusia mengandung kemungkinan untuk berfilsafat.
·
Faktor-faktor Pendorong Timbulnya
Filsafat dan I
Ilmu Suatu peristiwa
atau kejadian pada
dasarnya tidak pernah
lepas dari peristiwa lain
yang mendahuluinya. Demikian
juga dengan timbul
dan berkembangnya filsafat dan
ilmu. Menurut Rinjin
(1997 : 9-10),
filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan
aporia.
1) Manusia
merupakan makhluk berakal budi.
Dengan akal
budinya, kemampuan manusia
dalam bersuara bias berkembang menjadi
kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi, sehingga
manusia disebut sebagai homo loquens dan animal symbolicum.
Dengan akal budinya,
manusia dapat berpikir abstrak dan konseptualsehingga dirinya
disebut sebagai homo
sapiens (makhluk pemikir) atau
kalau menurut Aristoteles
manusia dipandang sebagai animal that reasons
yang ditandai dengan
sifat selalu ingin
tahu (all men by
nature desire to know). Pada diri manusia melekat kehausan intelektual
(intellectual curiosity), yang
menjelma dalam wujud
aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir
dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan.
2) Manusia
memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinya Manusia merupakan
makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang
diciptakan oleh Sang
Pencipta, misalnyasaja kekaguman
pada Filsafat Imu matahari,
bumi, dirinya sendiri
dan seterusnya. Kekaguman
tersebut kemudian mendorong manusia
untuk berusaha mengetahui
alam semesta itu sebenarnya
apa, bagaimana asal
usulnya (masalah kosmologis).
Ia juga berusaha
mengetahui dirinya sendiri,
mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya.
3) Manusia
senantiasa menghadapi masalah
Faktor lain yang juga
mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah adalah masalah yang dihadapi manusia (aporia).
Kehidupan manusia selalu diwarnai
dengan masalah, baik
masalah yang bersifat teoritis maupun praktis.
Masalah mendorong manusia
untuk berbuat dan mencari
jalan keluar yang
tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother
of science).
c. Objek
Filsafat
1) Objek material
filsafat adalah segala
sesuatu yang ada,
yang meliputi: ada dalam
kenyataan, ada dalam
pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono,
1994 : 6).
2) Objek formal
filsafat adalah hakikat
dari segala sesuatu yang
ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6).
d. Ciri-ciri
filsafat adalah sebagai berikut:
1) Filsafat
sebagai ilmu, yaitu bahwa filsafat
berusaha untuk mencari tentang hakikat atau inti dari suatu hal. Hakikatnya ini
sifatnya sangat dalam dan hanya dapat dimengerti oleh akal. Untuk mencari
pengetahuan hakikat, haruslah dilkukan dengan abstraksi, yaitu semua perbuatan
akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan, sehinggan
akhirnya muncul substansi sifat mutlak).
2) Filsafat sebagai cara berpikir, yaitu cara
berpikir yang sangat mendalam (radikal) sehingga akan sampai pada hakikat
sesuatu. Pemikiran yang dilakukan dengan melihatdari berbagai sudut pandang
pemikiran atau dari sudut pandang ilmu pengetahuan.
3) Filsafat sebagai pandangan hidup, yaitu bahwa
filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat diri manusia, yang
berperan sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan mahluk Tuhan. Filsafat
sebagai pandangan hidup dapat dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Sikap dan cara hidup tersebut akan muncul apabila manusia sanggup
memikirkan dirinya sendiri secara utuh, total dan menyeluruh. Pengkajian
manusia secara total dan menyeluruh ini telah melahirkan bermacam-macam
filsafat yang dapat dijadikan pandangan hidup manusia itu sendiri.
Karakteristik atau
ciri-ciri pemikiran filsafat antara lain :
1) Komprehensif
(menyeluruh) memandang objek penyelidikan secara totalis. Meyeluruh disini
berarti bahwa filsafat juga menyelidiki konsep-konsep abstrak seperti manusia,
keadilan, kebaikan, kejahatan, kebebasan. Berarti berpikir hal atau proses
secara universal.
2) Spekulatif
artinya apa yang diselidiki berdasarkan pada dugaan yang masuk akal, dan tidak
berdasarkan bukti empiris ini bukan berate bahwa dugaan filsafat tidak ilmiah,
tapi pemikiran filsafat memang idak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu
khusus.
3) Mendasar
atau radikal,filsafat bertanya sampai kedasar atau akar terdalam dari segala
sesuatu. Berfikir secara filsafat berarti berpikir sampai ke esensi, hakikat
dan substansi benda-benda. Orang yang berfilsafat tidak puas dengan hasil
pengamatan indra, tapi berusaha sampai kepada pengetahuan paling dalam mendasar
pengetahuan indrawi.
4) Konsisten
(runtut) : bagan konsepsional, hasil perenungan, harus bersifat runtut.
5) Koheren
atau logis : harus diperoleh dari premis-premis mendahuluinya. Premis harus
diuji kebenarannya. Jadi antara kalimat dan kalimat lain harus ada hubungan
logis.
6) Sistematis
: artinya dalam menjawab suatu permasalahan digunakan pendapat-pendapat sebagai
wujud dari proses berfikir filsafat. Pendapat itu harus salingberhubungan
secara teratur dan mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
7) Bebas
: setiap filsafat adalah hasil pemikiran bebas. Bebas dari pransangka social,
histori, kultural atau religious.
8) Bertanggung
jawab: orang berfilsafat harus mampu merumuskan pikiran pikiannya sedemikian
agar mampu dikomunikasikan kepada oang lain.
e. Macam-macam
filsafat antara lain:
1) Filsafat sosial, yang mengkaji manusia dengan
kedudukannya sebagai mahluk sosial
2) Filsafat biologi, yang menelitimanusia dengan
unsur raganya
3) Filsafat antropologi, meneliti manusia dengan
unsur kesatuan jiwa dan raganya
4) Filsafat etika, meneliti manusia dengan unsur
kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk
5) Filsafat estetika, yang mengkaji manusia dari
unsur raganya
6) Filsafat agana, mengkaji manusia dengan unsur
kepercayaannya terhadap suprnatural, dan lain-lain.
Menurut Wirodiningrat (1981), filsafat
mempunyai karakteristik sendiri, yaitu menyeluruh, mendasar dan spekulatif.
Menyeluruh , artinya bahwa filsafat mencakup tentang pemikiran dan pengkajian
yang luas, sebgaimana objek filsafat yang dikemukakan di atas, tidak membatasi
diri dan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu. Kajian filsafat
dapat dipakai untuk mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lain, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup. Sedangkan mendasar
artinya bahwa filsafat adalah suatu kajian yang mendalam, mendetail, yang
sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial, sehingga dapat dijadikan
dasar berpijak bagi segnap nilai dan keilmuan. Adapun filsafat memiliki ciri
spekulatif, karena hasil pemikiran filsafat yang diperoleh dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu ditujukan sebagai dasar untuk
menghasilkan pengetahuan yang baru.
f. Sistematika
Filsafat
Sebagaimana pengetahuan
yang lain, filsafat
telah mengalami perkembangan yang
pesat yang ditandai
dengan bermacam-macam aliran dan
cabang.
1) Aliran-aliran
Filsafat
Ada beberapa
aliran filsafat dinataranya
adalah : realisme, rasionalisme, empirisme, idealisme,
materialisme, dan eksistensialisme.
2) Cabang-cabang
Filsafat
Filsafat memiliki
cabang-cabang yang cukup
banyak diantaranya adalah: metafisika,
epistemologi, logika, etika,
estetika, filsafat sejarah,
filsafat politik, dst.
2. Hakikat
Filsafat Ilmu
a. Pengertian
Filsafat Ilmu
1) Cornelius
Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 :58) memandang filsafat ilmu
sebagai berikut.
”That philosophic
discipline which is the
systematic study of
the nature of
science, especially of its
methods, its concepts
and presuppositions, and
its place in the general
scheme of intellectual
disciplines.”
Filsafat ilmu,
merurut Benjamin, merupakan cabang
dari filsafat yang
secara sistematis menelaah sifat
dasar ilmu, khususnya
mengenai metoda, konsep-konsep, dan
praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari
cabang-cabang pengetahuan intelektual.
2) Conny
Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya
adalah ilmu yang
berbicara tentang ilmu pengetahuan (science
of sciences) yang
kedudukannya di atas ilmu lainnya.
3) Jujun Suriasumantri (2005
: 33-34) memandang
filsafat ilmu sebagai bagian
dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga
kelompok pertanyaan mengenai
hakikat ilmu sebagai berikut.
Kelompok pertanyaan
pertama antara lain
sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana
wujud hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara
objek tadi dengan
daya tanggap manusia ? Kelompok
pertanyaan kedua :
Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya
pengetahuan yang berupa
ilmu ? Bagaimana prosedurnya
? Hal-hal apa
yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang
benar ? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya.
Dan terakhir,
kelompok pertanyaan ketiga
: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ?
Bagaimana kaitan antara cara menggunakan
ilmu dengan kaidah-kaidah
moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Dan seterusnya.
Kelompok pertanyaan
pertama merupakan tinjauan
ilmu secara ontologis. Sedangkan
pertanyaan-pertanyaan
kelompok kedua merupakan tinjauan
ilmu secara epistemologis. Dan pertanyaan-pertanyaan kelompok
ketiga sebagai tinjauan
ilmu secara aksiologis.
b. Karakteristik
filsafat ilmu
Dari beberapa
pendapat di atas
dapat diidentifikasi karakteristik
filsafat ilmu sebagai berikut.
1) Filsafat
ilmu merupakan cabang dari filsafat.
2) Filsafat ilmu
berusaha menelaah ilmu
secara filosofis dari
sudut pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
c. Objek
filsafat ilmu
1) Objek
material filsafat ilmu adalah ilmu
2) Objek formal
filsafat ilmu adalah
ilmu atas dasar
tinjauan filosofis, yaitu secara
ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
g. Pengertian
Ilmu
Ilmu
berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dan wazan fa’ila, yaf’alu
yang artinya mengerti, memahami dengan benar. Dalam bahasa Inggris berarti science, bahasa
Latin berarti scintia
(pengetahuan) dan scire
(mengetahui).
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia
artinya pengetahuan suatu
bidang secara sistematis berdasarkan metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang itu.
Ciri‑ciri
ilmu menurut terminology :
1)
Koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur dan dibuktikan.
2)
Koherensi sistematik
3)
Tidak memerlukan kepastian lengkap
menurut penalaran perorangan.
4)
Metode yang berhasil harus terbuka.
5)
Metodologi
6)
Bersumber di dalam kesatuan obyeknya.
Definisi
ilmu menurut beberapa ahli :
1) Mohammad Hatta,
ilmu adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam masalah
yang sama tabiatnya, kedudukannya yang tampak dari luar dan bangunannya dari
dalam.
2) Ralph Ross
dan Ernest Van
Den Haag, ilmu
adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, yang keempatnya
serentak.
3) Ashley Montagu,
ilmu adalah pengetahuan
yang disusun dalam
satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang diuji.
4) Karl Pearson, ilmu adalah lukisan atau keerangan
yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
5) Alfanasyef,
ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.
6) Harsojo,
ilmu adalah :
a) Akumulasi
pengtahuan yang sistematis.
b) Pendekatan
atau metode pendekatan seluruh dunia
c) empiris.
d) Cara menganalisis
yang mengizinkan ahlinya
untuk menyatakan : ‘JikaB,
makaB.”
Ilmu adalah
bagian dari pengetahuan
yang terklarifikasi, tersistem,
terukur, dapat dibuktikan kebenarannya
secara empiris. Sedangkan
pengetahuan adalah informasi berupa
common sense, keseluruhan
pengetahuan yang belum, tersusun
baik metafisik maupun fisik. Kedudukan ilmu lebih tinggi dari pengetahuan
karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.
Landasan
ilmu perlu menjawab persoalan berikut :
a) Landasan ontologis,
seperti : obyek
apa yang ditelaah?
Bagaimana wujud hakiki dari obyek tersebut ?
b) Landasan
epistemologis : bagaimana prosedur dan mekanismenya ?
c) Landasan
aksiologis, seperti : untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu digunakan ?
Adapun
persamaan filsafat dan ilmu :
a) Mencari rumusan
yang sebaik‑baiknya, selengkap‑lengkapnya sampai ke akar‑akarnya.
b) Memberikan
pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian dan menunjukkan sebab‑sebabnya.
c) Memberikan
sintesis yaitu pandangn yang bergandengan.
a) Mempunyai
metode dan system
b) Memberikan penjelasan
tentang kenyataan yang
timbul dari hasrat manusia terhadap pengetahuan yang
mendasar.
Sedangkan
perbedaan filsafat dan ilmu :
Filsafat
|
Ilmu
|
1. Obyek
material : universal
2. Obyek formal
: nonfragmantis, luas, mendalam
dan mendasar
3. Menonjolkan daya
spekulasi, kritis dan pengawasan
4. Pertanyaan lebih
jauh dan mendalam berdasarkan
realitas
5. Penjelasan terakhir,
mutlak, mendalam (primary causa)
|
Obyek material : khusus dan empiris
Fragmantis, spesifik, intensif, teknik.
Riset melalui trial and error.
Diskursif, logis,
tidak tahu menjadi tahu.
Penyebab tidak
terlalu mendalam lebih dekat
yang sekunder (secondary
cause)
|
h. Hubungan
Filsafat, Ilmu, dan Agama
1) Jalinan
filsafat dengan agama
Terdapat
beberapa asumsi berkaitan denagn jalinan filsafat dengan agama, asumsi tsb berdasarkan dengan
anggapan manusia sebagai makhluk budaya,asumsi pertama manusia sebagai makhluk
budaya mampu berspekulasi dan berteori filsafat yang akan menentukan
kebudayaanya ,bahkan sampai sadar dan jujur mengakui kenyataan Tuhan dan ajaran
agama.Asumsi kedua meliorisme yang maksudnya adalah dunia diciptakan oleh Tuhan
sebagai suatu yang potensial ,dapat diperbaiki,diperindah dan diperkaya
,sehingga hidup dan penghidupanlebih dapat meningkat nilai harganya.
2) Jalinan
filsafat dan ilmu
Menurut
Syaifulah (1983:48) pada dasarnya filsafat tiada lain adalah hasil pemikiran manusia,
hasil spekulasi manusia betapapun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran
manusia.Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan ,dalam hal keduanya
merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia yaitu berfikir filosofis, spekulataif
dan empiris ilmiah.Perbedaan antara keduanya, terutama untuk filsafat
menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup. Karenanya filsafat inilah kemudian disebut
sebagai induknya ilmu pengetahuan .
3) Jalinan
filsafat,agama dan ilmu
Sejarah
umat manusia tidak lepas dari para pencari Tuhan. Dengan dorongan sifat fitri keimanan
(religionitas), umat manusia melakukan pencarian demi pencarianTuhan yang
sebenarnya.Bagi sebahagian orang, agama menjadi jawaban. Manusia menjalani lika-liku perjalanan dalam
upaya mencari Tuhan, sebahagian besar dari mereka benar-benar menemukan
Tuhan.Akan tetapi sebagian besar terlena dalam igauan yang tak jelas ketika
mencoba memaksakan diri untuk menjangkau esensi Tuhan yang sesungguhnya. Dalam batas-batas tertentu filsafat dan ilmu
bisa mendukung berbagai bukti kebenaran eksistensi dan kekuatan Tuhan yang
telah diungkap oleh agama.
4) Persamaan
antara ilmu, filsafat dan agama
Yang
paling pokok adalah sama-sama bertujuan mencari kebenaran.Ilmu pengetahuan
melalui metode ilmiahnya berupaya untuk mencari kebenaran. Filsafat dengan caranya sendiri berusaha
menemukan hakikat sesuatu baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan. Sementara
agama, dengan karakteristiknya tersendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi perihal alam,manusia dan Tuhan.
5) Perbedaan
antara ilmu, filsafat dan agama
Terdapat
perbedaan yang mencolok antara ketiga aspek tersebut, dimana ilmu dan filsafat
bersumber dari akal budi atau rasio manusia.
Sedangkan agama bersumberkan wahyu.Kebenaran yang diperoleh melalui cara
penyelidikan tersebut adalah kebenaran positif,kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif,berupa dugaan
yang tidak dapat dibuktikan secara empiris,riset dan eksperimen.Sedangkan
kebenaran agama bersifat mutlak(absolute) karena agama adalah wahyu yang
diturunkan maha benar.
Sementara menurut Dr.
Amsal Bakhtiar, dalam bukunya “Filsafat Agama” menyampaikan perbedaan antara
filsafat dan teologi (agama) sebagai berikut:
1) Filsafat meletakkan Tuhan sebagai titik
akhir atau kesimpulan seluruh pengkajian, sedangkan teologi memandang Tuhan
sebagai titik awal pembahasannya.
2) Filsafat memahami Tuhan sebagai Penyebab
Pertama dalamsemesta, sedangkan teologi mencoba menjelaskan Tuhan dengan
seluruh misterinya berdasarkan wahyu.
3) Filsafat mendasari premisnya atas
induksi/akal, sedangkan teologi langsung dari wahyu.
4) Filsafat menjelaskan Tuhan sebagai zat yang
impersonal, sedangkan teologi melihat Tuhan sebagai zat yang personal.
5) Dalil filsafat tidak untuk mempertahankan
keyakinan agama tertentu, sedangkan teologi menerima ajaran agama tertentu
sebagai suatu kebenaran dan bertujuan untuk mempertahankan keyakinan agam
tersebut.
i.
Manfaat Filsafat ilmu
1) Adapun
manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
a) Menyadarkan
seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading” yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang
ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyaris tidak dapat
dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Ladi filsafat ilmu diperlukan
kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi
ilmu pengetahuan. sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan
menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi
intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan
ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi
keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
b) Mengembangkan
ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui
paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan
spiritualkeilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
c) Mengembangkan
ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalui
paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual
keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah
d) Mengembangkan
ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma
aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, sertamendorong
perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu dan teknologi
dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk
kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
e) Menambah
pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit
dan tertutup
f) Menjadikan
diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
g) Menyadari
akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannyadengan orang
lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
h) Filsafat
ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih
baik B.
i)
Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun
diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal berpikir sampai ke
akar-akarnya, kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
j)
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan
kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah
melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
k) Filsafat
ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan
egosentrisme dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan
dankesenangan diri sendiri.
l)
Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir
secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan
saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam
surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan
orang,mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
m) Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik
untuk hidup kita sendiri terutama dalam etika maupun untuk ilmu-ilmu
pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmumendidik, dan
sebagainya.
n) Filsafat
ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu
penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite,
melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu
membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
o) Filsafat
ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah denganyang
tidak ilmiah.
p) Filsafat
ilmu memberikan landasan historis filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu
yang ditekuni.
q) Filsafat
ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
r) Filsafat
ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman,
dan agamadalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup
yang sejahtera.
s) Filsafat
ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis & rasional,
agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
t) Menghindarkan
diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya
cara memperoleh kebenaran.
u) Menghidarkan
diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar
bidang ilmunya.
2) Manfaat
belajar filsafat dari perspektif ilmu kebidanan menurut penulis
Belajar filsafat ilmu
bagi Kebidanan sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan,
antara lain :
a) Dengan
mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam
proses pembelajaran, penelitian ilmiah dan penerapan pada pelayanan kesehatan.
b) Mempelajari
filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Ketika berhadapan dengan berbagai
masalah dalam pekerjaannya. berdasarkan pemikiran kritis
terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya dalam pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab dengan ukuran rasional untuk menghindari intervensi yang
tidak perlu sehingga praktik kebidanan harus berdasarkan bukti (evidence
based). Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam
menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam
konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
c) Membiasakan
diri untuk bersikap logis & rasional dalam Opini atau argumentasi yang dikemukakan.
Seperti dalam meluruskan pemikiran pasien akan masalah-masalah kesehatan
seperti mitos, kepercayaan pada dukun beranak, masalah lainnya yang berhubungan
dengan kebidanan.
d) Mengembangkan
semangat toleransi dalam perbedaan pandangan “pluralitas”. Dalam memberikan
pelayanan tidak membeda-bedakan suku, bangsa, agama dan kebudayaan.
e) Mengajarkan
cara berpikir yang cermat sesuai kode etik profesi.
f) Filsafat
dibutkan untuk memecahkan masalah-masalah etis yang disebabkan oleh perkembangan
IPTEK
C. Simpulan
Filsafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan
kebenaran sejati. Demikian arti
filsafat pada mulanya. Berdasarkan arti secara etimologis sebagaimana
dijelaskan di atas kemudian para ahli
berusaha merumuskan definisi
filsafat.
Filsafat
ilmu, merurut Benjamin, merupakan
cabang dari filsafat
yang secara sistematis menelaah sifat
dasar ilmu, khususnya
mengenai metoda, konsep-konsep, dan
praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari
cabang-cabang pengetahuan intelektual.
1. Objek
Filsafat
a. Objek material
filsafat adalah segala
sesuatu yang ada,
yang meliputi: ada dalam
kenyataan, ada dalam
pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono,
1994 : 6).
b. Objek formal
filsafat adalah hakikat
dari segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994 )
2. Perbedaan
antara ilmu, filsafat dan agama
Terdapat perbedaan yang mencolok antara
ketiga aspek tersebut, dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau
rasio manusia. Sedangkan agama
bersumberkan wahyu.Kebenaran yang diperoleh melalui cara penyelidikan tersebut
adalah kebenaran positif,kebenaran filsafat
adalah kebenaran spekulatif,berupa dugaan yang tidak dapat dibuktikan
secara empiris,riset dan eksperimen.Sedangkan kebenaran agama bersifat
mutlak(absolute) karena agama adalah wahyu yang diturunkan maha benar.
Mempelajari filsafat ilmu memiliki
manfaat praktis. Berdasarkan pemikiran kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan
ukuran rasional untuk menghindari intervensi yang tidak perlu sehingga praktik
kebidanan harus berdasarkan bukti (evidence based).
Dafat Pustaka Pendukung
4.
e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/mediaakademika/article/download/231/212
6.
Susanto,
A.2011.Filsafat Ilmu. Cet. I.Jakarta:Bumi Aksara
8. http://www.academia.edu/25475072/Jurnal_Ilmiah_Tujuan_dan_Manfaat_Filsafat_Ilmu_TUJUAN_DAN_MANFAAT_FILSAFAT_ILMU
Komentar
Posting Komentar