Pengertian Monitoring dan Evaluasi
A. Pengertian
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah
proses melihat dan memikirkan kembali secara menyeluruh yang dilakukan terus
menerus atau berkala oleh berbagai pihak untuk mengetahui perkembangan dari
sebuah pekerjaan atau program. Sedangkan Evaluasi adalah penilaian/analisa
tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dari
perencanaan yang telah diprogramkan. Pemberdayaan Masyarakat adalah segala
bentuk kegiatan yang bertujuan untuk terus meningkatkan keberdayaan masyarakat,
untuk memperbaiki kesejahteraan dan meningkatkan partisipasi mereka dalam
segala kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, secara
berkelanjutan Perbedaan Monitoring dan Evaluasi.
Perbedaan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
|
Evaluasi
|
|
Kapan ?
|
Terus menerus
|
Akhir setelah program
|
Apa yang diukur ?
|
Output dan proses
sering focus input, kegiatan, kondisi/asumsi
|
Dampak jangka
panjang, kelangsungan
|
Siapa yang terlibat ?
|
Umumnya orang dalam
|
Orang luar dan dalam
|
Sumber Informasi ?
|
Sistem rutin, survey
kecil, dokumen internal, laporan
|
Dokumen eksternal dan
internal, laporan asesmen dampak, riset evaluasi
|
Pengguna ?
|
Manajer dan staf
|
Manajer, staf, donor,
klien, stakeholder, organisasi lain
|
Penggunaan Hasil ?
|
Koreksi minor dan
program
|
Koreksi mayor
program. Perubahan kebijakan, strategi, masa mendatang, termasuk penghentian
program (feed back)
|
B. Prinsip
Monitoring Dan Evaluasi Program Pemberdayaan
Prinsip-prinsip
monitoring dan evaluasi dilakukan secara obyektif guna mendapatkan data dan
informasi yang akurat, meliputi :
1. Partisipatif,
banyak pihak yang terlibat mulai dari proses perencanaan hingga evaluasi
program.
2. Transparan,
pertanggung jawaban dilaporkan secara transparan.
3. Tanggung
gugat, pengambilan keputusan dan penggunaan sumberdaya bisa di tanggung di
depan masyarakat luas.
4. Kesetaraan, semua pihak yang terlibat dalam
proses monitoring dan evaluasi mempunyai hak dan kedudukan yang setara.
5. Kejujuran,
pelaporan kegiatan dilakukan dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan.
6. Berjiwa
besar, dalam menerima dan memberikan kritik dan saran dari dan kepada pihak
lain.
7. Keterpaduan,
monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat semua arah secara terpadu dan
menyeluruh.
8. Fleksibel,
tidak kaku, sesuai dengan keadaan waktu dan tempat.
9. Kesepakatan,
pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus didasarkan pada kesepakatan bersama
semua pihak.
C. Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Program
Pemberdayaan
Pemantauan (monitoring)
umumnya lebih diorientasikan untuk masukan program. Tujuan pemantauan adalah
mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana dan apakah ada hal-hal
yang perlu disesuaikan untuk perbaikan program. Pemantauan secara teratur juga
penting untuk mengetahui apakah program dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan
tata aturannya. Hal ini mencakup pemantauan apakah prinsip tata pemerintahan,
prinsip pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat, mutu teknis pekerjaan,
penggunaan dana, dan kepatuhan pada tata aturan lingkungan hidup dan sosial
sudah diikuti.
Dalam Penyusunan
Monitoring Program Pemberdayaan terdapat beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap
perencanaan
Tahap perencanaan
dilakukan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan di monitor variable apa
yang akan dimonitor serta menggunakan indicator mana yang sesuai dengan tujuan
program.
2. Tahap
pelaksanaan
Tahap ini untuk
mengukur pelaksanaan program dari kegiatan yang sudah direncanakan.
Adapun
indicator yang dapat diukur pada waktu pelaksanaan kegiatan, indicator dan
proses yang dilakukan adalah :
a. Ketetapan
dan pengelolaan waktu pelaksanaan kegiatan
b. Ketetapan
penggunaan metode yang digunakan
c. Adanya
penjelasan yang sesuai dengan penggunaan metode
d. Penggunaan media yang sesuai dengan harapan
metode
e. Melaksanakan
evaluasi pembelajaran
f. Adanya
tindak lanjut dari program tersebut
3. Tahap
pelaporan
Tahap ini adalah
menentukan apakah prestasi kerja dan output yang dicapai itu sudah memenuhi
standar yang sudah ditentukan dan disini terdapat tahapan evaluasi yaitu
mengukur kegiatan yang sudah dilakukan.
D. Evaluasi Program Pemberdayaan
Ruang lingkup evaluasi
:
1. Pencapaian
hasil
Kesesuaian
hasil yang di dapat mengacu pada tujuan program pemberdayaan masyarakat. Output
dan laporan hasil sudah mencerminkan keadaan sebenarnya di masyarakat dalam
meningkatkan akses infrastruktur, efisiensi waktu, penyerapan tenaga kerja dan
lainnya
2. Evaluasi
program dan pengawasan mutu
Program
melakukan monitoring dan evaluasi secara reguler sebagai bagian dalam
pengawasan mutu. Jenis evaluasi yang dilakukan (proses, metodologi dan dampak)
dan hasilnya cukup dipercaya
3. Seleksi
lokasi
4. Organisasi
kemasyarakatan
Proses
pembentukan dan pemilihan organisasi masyarakat serta pendampingan yang
dilakukan untuk keberlanjutan program. Jenis program pengembangan kapasitas
untuk memperkuat keberadaan organisasi masyarakat.
5. Pengembangan
kualitas SDM
Jenis
kegiatan pengembangan kualitas yang diberikan di tingkat lokal (pemerintah
daerah, fasilitator pendamping dan organisasi masyarakat).
Frutchey (1973)
mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi selalu mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1. Observasi
(pengamatan)
2. Membanding-bandingkan
antara hasil pengamatan dengan pedoman yang ada atau telahditetapkan lebih
dahulu
3. Pengambilan
keputusan atau penilaian atas obyek yang diamati. Dalam mengevaluasi program
pemberdayaan masyarakat terdapat beberapa macam evaluasi yang bisa
dipergunakan, antara lain:
a. Evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif
Taylor (1976)
mengemukakan adanya dua macam evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk meninjau kembali
program atau perencanaan yang telah dibuat, dengan kata lain evaluasi ini
dilakukan sebelum suatu program dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan untuk meninjau program yang telah dilaksanakan.
Sebelumnya seringkali dalam suatu program hanya menggunakan evaluasi sumatif
yang tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh program yang dilaksanakan sesuai
dengan perencanaannya serta mengetahui dampak negatif yang muncul dalam
pelaksanaannya. Namun dalam perkembangannya evaluasi formatif juga mulai
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas program yang telah dirancang agar
dalam elaksanaannya tidak menimbulkan kerugian dalam berbagai penggunaan
misalnya dalam hal bahan baku.
b. On-going
evaluation dan Ex-post evaluation
Cernea dan Tepping
(1977) juga mengemukakan dua macam evaluasi yakni On-going evaluation dan
Ex-post evaluation. On-going evaluation, adalah evaluasi yang dilaksanakan pada
satu program atau kegiatan itu masih atau sedang dilaksanakan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang muncul serta segera
mengantisipasinya agar masalah yang dapat menghambat proses pelaksanaan dapat
segera diatasi. Sedangkan Ex-post evaluation, adalah evaluasi yang dilakukan
setelah suatu program selesai dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian hasilnya dengan rencana program yang
telah dibuat sebelumnya.
c. Evaluasi
Intern dan Evaluasi Ekstern
Pada jenis evaluasi ini
didasarkan pada seseorang yang melakukan kegiatan evaluasi, pada evaluasi
intern, pelaksana maupun pengambil inisiatif dalam evaluasi adalah orangorang
atau aparat yang terlibat langsung dengan program yang bersangkutan (administrator
program, penanggung jawab program, dan pelaksana program) atau orangorang atau
aparat di dalam organisasi pelaksana program yang memiliki fungsi atau tugas
untuk melakukan evaluasi dalam organisasi. Misalnya: aparat biro/bagian
pemantauan dan evaluasi. Sedang evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilakukan
oleh pihak luar (diluar organisasi pemilik/pelaksana program).
d. Evaluasi
Teknis dan Evaluasi Ekonomi
Evaluasi teknis
(fisik), adalah kegiatan evaluasi yang penerima manfaat dan ukurannya
menggunakan ukuran-ukuran teknis secara satuan (fisik). Sedangkan evaluasi
ekonomi atau keuangan, penerima manfaatnya adalah pengelolaan keuangan dan
menggunakan ukuran-ukuran ekonomi.
e. Evaluasi Program, Pemantauan, dan Evaluasi
Dampak Program
Evaluasi Program bertujuan untuk
meninjau kembali program atau perencanaan yang akan diberlakukan, pada evaluasi
jenis ini dokumen perencanaannya atau program kerja yang akan diberlakukan
ditinjau kembali berdasarkan indikator apakah program tersebut rasional atau
tidak, serta sesuai atau tidak dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Selain itu maksud lain dari evaluasi program ini adalah agar semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan program nantinya, yakni pemerintah, swasta, dan
masyarakat merasa ikut bertanggung jawab dalam keberhasilan program yang akan
dilaksanakan.
Jenis evaluasi yang kedua yakni
pemantauan program, merupakan proses penilaian untuk menarik kesimpulan apakah
pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam pemantauan program perlu dilakukan proses pengumpulan informasi berupa
data dan fakta yang ada di lapangan selama proses pelaksanaan program, hal ini
bertujuan untuk mencegah atau menghindari adanya situasi atau keadaan yang
tidak diharapkan yang dapat mengganggu pelaksanaan program sehingga program
tersebut bisa dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang telah direncanakan
sebelumnya.
Jenis evaluasi yang ketiga yakni
evaluasi dampak program, dampak dalam hal ini dapat diartikan sebagai hasil
yang diperoleh dari pelaksanaan program.
f. Evaluasi Proses dan Hasil
Merupakan dua macam
evaluasi dari hasil kesimpulan berbagai macam evaluasi yang telah disebutkan di
atas, antara lain: evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk melihat
seberapa jauh proses yang telah dilaksanakan itu sesuai (dalam arti kuantitatif
maupun kualitatif) dengan rencana program yang telah dibuat sebelumnya.
Sedangkan evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk meninjau mengenai
seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat tercapai, baik dalam
pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Setelah dijelaskan mengenai beberapa
macam evaluasi hendaknya perlu diketahui beberapa komponen lain yang terdapat
dalam kegiatan evaluasi, salah satunya yakni tujuan dari diadakannya evaluasi
(Stufflebeam, 1971 dalam Mardikanto, 2011:52) adalah untuk mengetahui seberapa
jauh kegiatan-kegiatan yang telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang
ditetapkan, atau untuk mengetahui tingkat kesenjangan (diskrepansi) antara
keadaan yang telah dicapai dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya
dapat dicapai, sehingga akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi
kegiatan yang telah dilaksanakan; untuk selanjutnya dapat segera diambil
langkah-langkah guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti
yang dikehendaki.
Komponen selanjutnya
yakni agar dalam kegiatan evaluasi mengenai suatu program pemberdayaan
masyarakat dapat berjalan secara maksimal diperlukan suatu kualifikasi evaluasi
yang baik, yang meliputi:
1) Memiliki
tujuan yang jelas dan spesifik, artinya bahwa tujuan dari diadakannya kegiatan
evaluasi mengenai suatu program pemberdayaan harus mudah dipahami oleh setiap
orang dan tidak menimbulkan kesalahan arti dalam pemahamannya. Selain itu,
tujuannya juga harus spesifik sehingga jelas apa yang harus dievaluasi dan
bagaimana pengukurannya.
2) Mengutamakan
instrument yang tepat dan teliti, dalam penggunaan alat ukur untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan evaluasi harus benarbenar mampu mengukur yang seharusnya
diukur. Selain itu, sebuah alat ukur yang digunakan hendaknya mampu memberikan
hasil yang sama ketika digunakan untuk jenis mayarakat yang beraneka ragam.
3) Memberikan
gambaran yang jelas tentang perubahan perilaku penerima manfaatnya, kegiatan
pemberdayaan memiliki tujuan merubah perilaku masyarakat penerima manfaat.
Karenanya, hasil dari kegiatan evaluasi harus mampu memberikan gambaran tentang
perubahan perilaku yang terjadi atau dialami oleh masyarakat dalam hal penerima
manfaatnya, baik yang mengenai pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya.
Evaluasi
harus praktis, praktis dapat diartikan mampu dilaksanakan oleh pelaksananya,
sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki, hak atau
kewenangan pelaksana evaluasi, dan tersedianya sumber daya baik dalam
pendanaan, perlengkapan, dan waktu yang disediakan. Dengan demikian penting
kiranya dalam memilih jenis evaluasi yang sesuai dengan program pemberdayaan
yang akan dievaluasi, serta memperhatikan segala komponen pendukungnya agar
dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara maksimal. Sehingga hasil yang
didapatkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
Adapun jenis-jenis
evaluasi berdasarkan waktu sebagai berikut (Yusuf, 2000):
1. Evaluasi
ex-ante
Evaluasi ini dilakukan
terhadap rencana kegiatan. Misalnya pada seminar proposal rencana penelitian.
2. Evalusi
ex-post
a. on
going evaluation (evaluasi sewaktu berjalan)
Evaluasi ini adalah
analisa untuk mengetahui apakah kesinambungan relevansi, efisiensi dan
efektivitas kegiatan proyek dapat dipertahankan serta untuk mengetahui output,
efek dan dampak yang timbul atau akan mungkin ditimbulkannya ketika dilakukan
pada waktu proyek tersebut sedang berjalan. Evaluasi ini membantu para pengambil
keputusan dengan menyediakan informasi tentang langkah-langkah penyesuaian yang
perlu diambil yang menyangkut segi-segi tujuan, kebjaksanaan, strategi
pelaksanaan proyek di masa yang akan datang. Evaluasi ini akan menguji apakah
semua asumsi dan hipotesa yang telah dirumuskan selama masa persiapan proyek
masih tetap berlaku, atau memerlukan penyesuaian-penyesuaian untuk menjamin
bahwa keseluruhan tujuan proyek akan dapat tercapai.
b. Evaluasi
akhir
Evaluasi ini
dilaksanakan 6-12 bulan setelah proyek berakhir, atau sebelum memulai fase
proyek berikutnya sebagai pengganti ex-post evaluation (evaluasi menyeluruh)
pada proyek-proyek yang berjangka waktu singkat. Evaluasi ini akan menghitung
atau mengukur ouput dan sifatnya bisa dikontrol atau diukur seketika itu juga.
c. Evaluasi
dampak
Untuk mengevaluasi
dampak dari kegiatan dan biasanya dilakukan setelah progam selesai sekian lama.
Contohnya evaluasi
sebab-akibat dan evaluasi perubahan perilaku. Berikut adalah beberapa
pendekatan dalam evaluasi program (Suyono, 2005):
1) Pendekatan
experimental
2) Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan
3) Pendekatan
yang berfokus pada keputusan
4) Pendekatan
yang berorientasi kepada pemakai
5) Pendekatan
yang responsive
Berikut
adalah beberapa desain evaluasi program (Yusuf, 2000):
1. Fixed
design
Desain evaluasi ini
ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan.
2. Emergent
design
Evaluasi ini dibuat
untuk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan
berkembang seperti menampung pendapat audiensi, masalah dan kegiatan program.
3. Experimental
design
Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk menilai manfaat suatu objek, suatu program atau strategi baru
yang diuji cobakan.
4. Natural
inquiry design
Strategi yang multiple
dan sumber-sumber dipakai untuk mempertinggi reabilitas pengumpulan data.
Evaluator merundingkan isu dengan audiensi, hal ini dilakukan sesuai dengan
cara evaluator.
Evaluasi
program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam
mendukung pencapaian tujuan program. Makna dari evaluasi program sendiri
mengalami proses pemantapan. Evaluasi program adalah upaya menyediakan
informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan (Suharto, 2005).
Sehubungan dengan definisi tersebut The
Standford Evacuation Consortium Group menegaskan bahwa meskipun evaluator
menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu
program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat
diketahui. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas
masing-masing komponennya (Arikunto, 1995).
Setiap
kegiatan tentu mempunyai tujuan, demikian juga evaluasi program. Secara singkat
evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program yaitu
mengukur sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Evaluasi
program adalah penelitian yang mempunyai ciri khusus yaitu melihat
keterlaksanaan program sebagai realisasi kebijakan untuk menetukan tindak
lanjut dari program yang dimaksud. Jika kesimpulan penelitian diikuti dengan
saran maka evaluasi program selalu harus mengarah pada pengambilan keputusan
sehingga harus diakhiri dengan rekomendasi kepada pengambil keputusan.
E. Indikator
Keberhasilan Program pemberdayaan
Pelaksanaan program/kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat memang tidak semudah yang dibayangkan, kegiatan ini
perlu terus disempurnakan baik dari mulai tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan/implementasi, sampai pada tahap monitoring dan evaluasi kegiatan.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk dapat menilai keberhasilan
pengelolaan pemberdayaan masyarakat yaitu ”dari kelangsungan unit
usaha/kegiatan kelompok setelah program pemberdayaan dihentikan atau dari
kesanggupan masyarakat melanjutkan unit usaha/kelompok dalam mengembalikan/
mengembangkan modal usaha”.
Apabila unit usaha/kelompok masyarakat
tidak berjalan atau masyarakat tidak sanggup untuk melanjutkan
usaha/mengembalikan kredit setelah program pemberdayaan selesai, maka program
pemberdayaan masyarakat dinilai “tidak berhasil” atau “Gagal”, sebaliknya
apabila unit usaha/kelompok masyarakat masih dapat berlanjut atau masyarakat
sanggup melanjutkan unit usaha/mengembalikan bantuan kredit setelah program
pemberdayaan dihentikan, maka program pemberdayaan tersebut dinilai “berhasil”.
Salah
satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat antara lain, yaitu :
1. Setiap
individu mampu merasakan tujuan dan komitmen terhadap tujuan dan nilai
organisasi.
2. Pencapaian
individu mendapat penghargaan.
3. Individu
menerima pelatihan dan atau penataran untuk memaksimalkan teknik dan skill yang
dibutuhkan
4. Semua
orang dapat melihat tujuan akhir dari pekerjaannya.
5. Setiap
individu memiliki otonomi untuk melaksanakan pekerjaan mereka, sesuai cara yang
menurut mereka paling baik.
6. Setiap orang mampu bertanggungjawab sesuai
dengan komitmen sepanjang proses.
7. Pekerja
memiliki rasa ingin tahu, bagaimana kontribusi mereka terhadap kesuksesan
organisasi.
8. Setiap orang dihitung kontribusinya terhadap
proses.
9. Manajer berfungsi sebagai fasilitator,
pelatih, penyuluh atau sponsor.
10. Proses
dikembangkan dan mereka yang bekerja di dalam tim kerja, bukan oleh senior
manajer sebagai pelaksana dalam hirarki tingkat kerja.
11. Setiap
individu memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan input terhadap desain
sistem kerja.
13. Semakin
meningkatnya kepedulian masyarakat
12. Setiap
orang memiliki komitmen terhadap pengembangan secara kontinyu sebagai bagian
dari proses tersebutSelanjutnya
indikator dari keberhasilan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dapat
dicirikan sebagai berikut :
1. Meningkatnya
jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan.
2. Meningkatnya
frekuensi kehadiran tiap warga pada pelaksanaan setiap jenis kegiatan.
3. Meningkatnya
kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh pertimbangan atau
persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan.
4. Meningkatnya kuantitas dan kualitas serta
jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan untuk kelancaran
pelaksanaan program pengendalian.
5. Meningkatnya
jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang pelaksanaan
program kegiatan.
6. Meningkatnya
intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah.
7. Meningkatnya
kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
8. Terbukanya
peluang usaha, kesempatan kerja dan pasar bagi masyarakat.
9. Meningkatnya
kemampuan dan kemandirian masyarakat.
10. Terjaganya kelestarian kawasan konservasi.
11. Meningkatnya peran dan fungsi kawasan hutan
konservasi terhadap semua kehidupan.
12. Meningkatnya perekonomian pedesaan.
Untuk
dapat menilai keberhasilan ataupun kegagalan suatu kegiatan (termasuk
pemberdayaan masyarakat) memang tidak dapat hanya melihat dari satu sisi saja.
Masih banyak faktor yang harus diperhatikan, termasuk diantaranya karakteristik
masing-masing wilayah dengan keberagaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan juga merupakan salah satu faktor kunci yang perlu diperhatikan.
Keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dinilai melalui beberapa
indikator, antara lain :
1. Terbangunnya
kesepahaman dengan para pihak (stakeholders) terkait dengan kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
2. Telah
terdapat fasilitator/pendamping yang efektif bagi kegiatan pemberdayaan
masyarakat di lapangan.
3. Terbangun
dan berkembangnya kelembagaan masyarakat di tingkat desa, dan berfungsi dengan
baik.
4. Kapasitas SDM (Pengelola dan Masyarakat)
meningkat.
5. Ketrampilan dan pengetahuan SDM (Pengelola dan
Masyarakat) meningkat.
6. Kegiatan usaha ekonomi masyarakat telah
berkembang.
7. Terbangunnya
jejaring kerja dengan pola kemitraan
Komentar
Posting Komentar